Salah satu keengganan yang muncul ketika mendengar ‘produktivitas diri’ adalah membayangkan bahwa kata tersebut berasosiasi dengan kerja keras, dengan kehidupan dengan jadwal yang ketat, dengan ke-susahpayah-an. Wajar-lah kalau kemudian respond yang muncul adalah, ‘kenapa harus produktif?’, ‘saya tidak mau jadi produktif kok,, ‘memangnya kalau tidak produktif, kenapa?’
Produktivitas terkait dengan metode. Metode untuk mendisain hidup yang kita inginkan. Untuk itu kita perlu memahami pekerjaan dan kehidupan apa yang kita inginkan dan mengetahui cara untuk mewujudkannya.
Inilah gambaran orang yang terlah berhasil mencapai kehidupan yang produktif: menikmati pekerjaannya, minimax: mendapatkan hasil maksimal dengan minimal waktu dan a balance life: mempunyai waktu dan enerji untuk berbagai dimensi kehidupannya: kerja, keluarga, hobi, ibadah, sosial, dll.
Dengan demikian dikotomi antara produktif dan tidak produktif, bukan antara sibuk dan santai tetapi antara efektif/efisien dan tidak efektif/efisien. Gambaran orang yang tidak produktif kurang lebih sebagai berikut: tidak menikmati pekerjaan, harus bersusah payah dengan hasil minim dan tidak mempunyai cukup waktu untuk dimensi kehidupannya yang lain di luar kerja.
Kehidupan yang produktif menunjukan optimasi dalam setiap dimensi kehidupan kita. Menyeimbangkan antara menikmati aktivitas dan hasil aktivitas. Antara hasil jangka pendek dan jangka panjang.
Menjadi produktif tidak hanya berarti rupiah, ia, terlebih lagi berarti pertumbuhan yang sesuai dengan rencana karir, passion dan life purpose kita.
‘Saya tidak mau produktif kok?’. ‘Ok, tapi apakah Anda siap menerima konsekuensinya. Sama seperti, saya tidak mau minum kok, ok. Tapi apakah Anda siap haus? Atau, ketika Anda sampai di persimpangan jalan yang ramai dan bingung menentukan arah, Anda bisa berkata ‘saya lagi malas jalan kok’. Ok, tetapi apakah Anda siap untuk ditabrak?
Produktivitas terkait dengan metode. Metode untuk mendisain hidup yang kita inginkan. Untuk itu kita perlu memahami pekerjaan dan kehidupan apa yang kita inginkan dan mengetahui cara untuk mewujudkannya.
Inilah gambaran orang yang terlah berhasil mencapai kehidupan yang produktif: menikmati pekerjaannya, minimax: mendapatkan hasil maksimal dengan minimal waktu dan a balance life: mempunyai waktu dan enerji untuk berbagai dimensi kehidupannya: kerja, keluarga, hobi, ibadah, sosial, dll.
Dengan demikian dikotomi antara produktif dan tidak produktif, bukan antara sibuk dan santai tetapi antara efektif/efisien dan tidak efektif/efisien. Gambaran orang yang tidak produktif kurang lebih sebagai berikut: tidak menikmati pekerjaan, harus bersusah payah dengan hasil minim dan tidak mempunyai cukup waktu untuk dimensi kehidupannya yang lain di luar kerja.
Kehidupan yang produktif menunjukan optimasi dalam setiap dimensi kehidupan kita. Menyeimbangkan antara menikmati aktivitas dan hasil aktivitas. Antara hasil jangka pendek dan jangka panjang.
Menjadi produktif tidak hanya berarti rupiah, ia, terlebih lagi berarti pertumbuhan yang sesuai dengan rencana karir, passion dan life purpose kita.
‘Saya tidak mau produktif kok?’. ‘Ok, tapi apakah Anda siap menerima konsekuensinya. Sama seperti, saya tidak mau minum kok, ok. Tapi apakah Anda siap haus? Atau, ketika Anda sampai di persimpangan jalan yang ramai dan bingung menentukan arah, Anda bisa berkata ‘saya lagi malas jalan kok’. Ok, tetapi apakah Anda siap untuk ditabrak?
0 komentar:
Posting Komentar